Misi Steven G. Tunas Mencetak Trader yang Melek Finansial Lewat Jago Scalping - Koran Mandalika

Misi Steven G. Tunas Mencetak Trader yang Melek Finansial Lewat Jago Scalping

Rabu, 16 Juli 2025 - 15:14

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di dunia yang dipenuhi janji manis “cuan cepat” dan gaya hidup trader glamor, Steven G. Tunas justru memilih jalur sebaliknya. Ia tak menjual mimpi, tetapi ia membangun sistem.
Dan yang lebih penting: ia menanamkan kesadaran bahwa trading bukan hanya tentang profit, tapi tentang literasi dan ketahanan finansial.

Bukan Lulusan Keuangan, Jadi Pengelola Dana Miliaran

Latar belakang Steven jauh dari dunia pasar modal. Ia adalah lulusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Dunia trading baru ia kenal lewat kelas pasar modal saat kuliah sebuah titik kecil yang kemudian mengubah seluruh jalur hidupnya.

Selepas kuliah, Steven tidak langsung jadi trader. Ia menempuh jalur dari bawah: mulai sebagai analis, kemudian menjajal berbagai peran di perusahaan sekuritas dan pialang berjangka. Perlahan, ia membangun reputasi hingga dipercaya memimpin pengelolaan dana di ABC Group sebagai fund manager.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bukan Sekadar Belajar Grafik: Bertahan Lewat Krisis Global

Tak sedikit orang menyebut dirinya ahli pasar hanya karena tahu indikator. Bedanya, Steven telah belajar lebih dari teori. Ilmu yang ia miliki kini adalah akumulasi dari pengetahuan dan pengalaman nyata di pasar. Ia melewati tiga masa krisis global—Tragedi 9/11, Krisis 2008, dan Pandemi 2020, dalam posisi bertanggung jawab atas uang investor.

Baca Juga :  KA Pangrango Tetap Jadi Primadona, Solusi Transportasi Favorit Saat Liburan Sekolah

Ia menyaksikan portofolio anjlok, menerima telepon dari investor panik, dan merasa hampir menyerah. Akan tetapi, dari pengalaman itulah, ia menyusun sistem yang kemudian jadi fondasi pendekatan scalping. Baginya, sistem yang fleksibel dan disiplin jauh lebih penting daripada sinyal instan.

Komunitas Jago Scalping: Lahir dari Empati, Bukan Ambisi

Saat pandemi datang dan jutaan orang mencari penghasilan dari rumah, trading jadi tren. Sayangnya, banyak yang masuk dengan ekspektasi kosong. Modal nekat, ikut sinyal grup, dan berharap kaya semalam. Hasilnya? Banyak yang rugi besar.

Melihat fenomena itu, Steven mendirikan Jago Scalping. Komunitas ini dirancang bukan untuk menjanjikan hasil, tapi membentuk pemahaman. Alih-alih jargon cepat kaya; tetapi mentoring, diskusi, dan pembelajaran yang realistis.

“Kalau cuma ngajarin teknik entry, semua bisa. Tapi ngajarin cara berpikir sebagai trader yang tangguh, itu baru menyelamatkan,” ucapnya.

Literasi Finansial sebagai Misi Jangka Panjang

Bagi Steven, trading bukan akhir, tapi jalan menuju melek finansial. Ia percaya bahwa jika literasi tidak ditanamkan sejak awal, siapa pun bisa jadi korban pasar. Karena itu, ia fokus membentuk mindset dan edukasi berkelanjutan.

Baca Juga :  7 Keunggulan Saklar Lampu Pintar Smart Home dibandingkan Saklar Lampu Konvensional

Ia yakin, selama anak muda, ibu rumah tangga, atau siapa pun datang dengan niat belajar, komunitas bisa jadi ruang tumbuh yang sesungguhnya. Di Jago Scalping, tidak ada hierarki maupun kompetisi pamer profit, yang ada hanyalah semangat bertumbuh bersama.

Membangun Fondasi

Steven tidak sedang memburu sorotan. Ia sedang membangun sistem dan komunitas yang akan tetap berdiri bahkan ketika tren trading mereda. Steven percaya bahwa profit bisa hilang, tetapi ilmu yang melekat akan menyelamatkan di masa depan.

Trading bukan soal keberuntungan, tapi kesiapan. Bukan tentang kaya cepat, tapi tentang mengelola risiko dengan tenang.

Dan mungkin itulah pelajaran terbesar dari perjalanan Steven: ketika kamu memahami uang dengan benar, kamu tak hanya bisa menghasilkan lebih banyak, tetapi kamu bisa membantu lebih banyak orang agar tidak kehilangan apa yang telah mereka punya.

Berita Terkait

Setelah Banjir Aceh–Sumut–Sumbar, Balancia Tantang Korporasi Lain: Berani Tanam Pohon atau Cuma Bikin Drama?
Morgan Stanley Turunkan Rating Tesla: Dampak pada Saham, AI, dan Masa Depan EV
Krakatau Steel Siap Dukung Mandat Pembangunan 300 Ribu Jembatan
Stasiun Bandung Jadi Jantung Perekonomian Jawa Barat dan Pusat Integrasi Antar Moda
Menjelang Rapat The Fed, Emas Masih Bergerak Lemah
Grand Galaxy Park Ajak Pengunjung Berlibur bersama Doraemon Fun Holiday Pop Up Store
Respon Cepat Bitcoin Terhadap Kebijakan Global, Peluang Pertumbuhan dan Strategi Investasi Cerdas
Doxadigital Masuk Daftar Rekomendasi SEO Agency Jakarta 2025 versi Sortlist dan Clutch

Berita Terkait

Senin, 15 Desember 2025 - 02:00

Setelah Banjir Aceh–Sumut–Sumbar, Balancia Tantang Korporasi Lain: Berani Tanam Pohon atau Cuma Bikin Drama?

Senin, 15 Desember 2025 - 00:22

Morgan Stanley Turunkan Rating Tesla: Dampak pada Saham, AI, dan Masa Depan EV

Minggu, 14 Desember 2025 - 23:24

Krakatau Steel Siap Dukung Mandat Pembangunan 300 Ribu Jembatan

Minggu, 14 Desember 2025 - 23:09

Stasiun Bandung Jadi Jantung Perekonomian Jawa Barat dan Pusat Integrasi Antar Moda

Minggu, 14 Desember 2025 - 23:05

Menjelang Rapat The Fed, Emas Masih Bergerak Lemah

Minggu, 14 Desember 2025 - 21:28

Respon Cepat Bitcoin Terhadap Kebijakan Global, Peluang Pertumbuhan dan Strategi Investasi Cerdas

Minggu, 14 Desember 2025 - 21:17

Doxadigital Masuk Daftar Rekomendasi SEO Agency Jakarta 2025 versi Sortlist dan Clutch

Minggu, 14 Desember 2025 - 21:06

KAI Daop 2 Bandung Ingatkan Pelanggan untuk Perhatikan Barang Bawaan Saat Bepergian dengan Kereta Api, Berikut Aturannya

Berita Terbaru

Teknologi

Menjelang Rapat The Fed, Emas Masih Bergerak Lemah

Minggu, 14 Des 2025 - 23:05