Koran Mandalika – Politikus muda Partai Gerindra Rannya Agustyra Kristiono menilai pasar tradisional di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) berpotensi menjadi objek wisata.
Rannya menganggap pasar tradisional sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian masyarakat dan daerah. Apalagi, jika revitalisasi dan kolaborasi pasar dengan sektor pariwisata, bisa dilakukan.
“Saat ini, kan, setidaknya sudah ada delapan pasar tradisional di Indonesia yang jadi destinasi wisata. Nah, di Lombok hal ini bukan mustahil untuk dilakukan juga,” kata Rannya, Selasa (22/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Delapan pasar yang dimaksud Rannya ialah pasar Beringharjo Yogyakarta, Pasar Apung Banjarmasin, Pasar Mama-Mama Papua, Pasar Gede dan Pasar Klewer di Solo, serta Pasar Sukowati di Bali.
“Awalnya, semua adalah pasar tradisional biasa. Namun, berubah menjadi destinasi setelah ada sentuhan,” ujar Rannya.
Menurut putri almarhum Haji Bambang Kristiono (HBK) itu, Lombok memiliki keunikan tersendiri dilihat dari sisi lokasi pasar tradisional.
Sepanjang jalan nasional dari Ampenan, Kota Mataram, Labuhan Lombok, Lombok Timur, bisa dijumpai belasan hingga puluhan pasar tradisional di sisi ruas jalan negara.
“Bayangkan apabila salah satunya bisa menjadi destinasi wisata.Tentu ini akan berdampak bagus untuk Lombok dan NTB umumnya yang sudah dicap sebagai destinasi wisata internasional,” papar Rannya.
Dara cantik yang maju memperebutkan Kursi DPR RI daerah pemilihan (Dapil) NTB 2 (Pulau Lombok) itu mengajak generasi muda mengubah mindset tentang pasar tradisional.
“Apalagi di era persaingan global. Di mana, gerai pasar modern sudah banyak tersedia. Termasuk di Lombok,” jelas Rannya.
Dia menjelaskan gerai pasar modern memiliki pangsa pasar masyarakat perkotaan, ekonomi menengah ke atas, sementara pasar tradisional terstigma menjadi pangsa ekonomi menengah ke bawah.
Menurut Rannya, sejatinya gerai pasar modern berkaitan dengan investasi dan modal kapital, sementara pasar tradisional digerakkan masyarakat lokal.
“Pasar modern bisa menyumbang lapangan kerja sebagai karyawan, sementara pasar tradisional bukan saja membuka lapangan kerja melainkan juga kesempatan dan wadah berwirausaha,” tegas Rannya. (Wan)