JAKARTA – Presiden Direktur PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) Ivan Cahyadi menegaskan komitmen perusahaannya untuk terlibat aktif dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) nasional. Pengembangan SDM itu tidak hanya internal, tapi juga menyasar mitra usaha sepanjang rantai pasoknya dan masyarakat luas, seperti para pelaku UMKM serta petani tembakau dan cengkih di Indonesia.
Menurutnya, pengembangan SDM adalah kunci bagi Sampoerna untuk terus bertumbuh lewat inovasi sekaligus berupaya berperan aktif dalam berkontribusi bagi perekonomian nasional.
“Sebagai presdir yang baru, saya punya komitmen untuk melanjutkan komitmen Sampoerna yakni selalu fokus pada pengembangan SDM untuk Sampoerna dan untuk Indonesia,” katanya dalam wawancara media di Jakarta, Selasa (14/5/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam perjalanan kariernya selama 27 tahun bersama Sampoerna, Ivan tidak menampik bahwa perusahaan telah berinvestasi besar untuk membantu dirinya berkembang hingga saat ini. Menurutnya, komitmen pengembangan SDM didasarkan pada motto perusahaan yakni Anggarda Paramita (Menuju Kesempurnaan) dan Falsafah Tiga Tangan Sampoerna.
Lewat motto Anggarda Paramita, Sampoerna percaya bahwa pekerjaan menuju kesempurnaan merupakan upaya tanpa henti lewat kerja keras dan kesempatan pengembangan diri agar bisa melakukan inovasi yang berdampak positif, tidak hanya bagi keberlangsungan perusahaan, tetapi juga masyarakat luas.
Hal itu juga sejalan dengan Falsafah Tiga Tangan yang terkait erat dengan kontribusi nyata Sampoerna bagi konsumen dewasa, karyawan, mitra usaha dan pemegang saham; dan masyarakat luas.
“Kami percaya dengan melakukan pembinaan SDM yang kuat, kami dapat berinovasi dalam hilirisasi produk. Inovasi itu selalu terkait erat dengan kualitas SDM,” paparnya.
Ivan merinci komitmen pengembangan SDM yang dilakukan Sampoerna mencakup dua sisi, yaiut internal atau bagi karyawan, dan eksternal bagi para mitra usaha dan masyarakat luas.
Untuk pengembangan SDM internal, lanjutnya, Sampoerna memberikan kesempatan berkarier sekaligus pengembangan diri. Maka itu, Sampoerna menyediakan banyak pelatihan yang terkait dengan core skill atau yang terkait dengan pengembangan dengan pendekatan manajemen kinerja dan program skills for future atau program pembelajaran yang menyediakan sertifikasi dari lembaga eksternal.
Untuk memberikan pelatihan bagi karyawan, Sampoerna bekerja sama dengan sejumlah lembaga kredibel di dalam dan luar negeri guna meningkatkan kemampuan dan kapasitas. Sampoerna ingin membantu karyawan mengeluarkan kemampuan terbaiknya sehingga bisa berkontribusi bagi perusahaan dan masyarakat.
Hal serupa juga dilakukan bagi karyawan untuk mempersiapkan masa purnatugas melalui program Holistic Program for Employability (HOPE) yang menyediakan berbagai pelatihan, dari manajemen keuangan hingga kewirausahaan. Ivan mengaku ia pun mengikuti HOPE untuk mempersiapkan diri ketika pensiun nanti.
“Syarat karyawan untuk mengikuti berbagai pelatihan cuma satu, harus lulus,” tegasnya.
Berkat sejumlah upaya meningkatkan kualitas SDM, saat ini terdapat banyak SDM Sampoerna yang bekerja di afiliasi Philip Morris International (PMI) di seluruh dunia, seperti di Amerika Serikat, Swiss, Italia, Portugal, Polandia, Romania, Jepang, Filipina, Thailand, Malaysia, Hongkong, Uni Emirat Arab, Meksiko, Mesir, dan Maladewa. Sampoerna selalu berupaya agar karyawan bisa mengeluarkan kemampuan terbaik dari dirinya.
Sebaliknya, Sampoerna juga menjadi tempat belajar bagi para karyawan PMI. Saat ini, sejumlah karyawan PMI dan afiliasinya di berbagai asal Swiss, Korea Selatan, Italia, Filipina, Malaysia, Thailand, Pakistan, Kazakhstan, India, tengah bekerja di Sampoerna.
Menurutnya, talenta Indonesia punya potensi dan kualitas yang sama baiknya dengan negara lain. Tidak berhenti di situ, Sampoerna juga menjadi tujuan pembelajaran bagi banyak karyawan PMI dari berbagai negara.
Pengembangan SDM Mitra Bisnis dan UMKM
Untuk pengembangan SDM para mitra bisnis dan UMKM, Sampoerna juga memiliki sejumlah program pendampingan. Sampoerna, melalui perusahaan pemasok, telah mendampingi lebih dari 22.000 petani tembakau dan cengkih, melalui program kemitraan yang dijalankan sejak 2009.
Di sisi lain, bagi para UMKM, di bawah payung Sampoerna Untuk Indonesia (SUI), Sampoerna memiliki dua program unggulan yakni Sampoerna Retail Community (SRC) dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC).
SRC adalah program pendampingan bagi pelaku usaha toko kelontong untuk bisa bersaing dan memanfaatkan digitalisasi. SRC yang dimulai sejak 2008 lalu ini kini telah membina lebih dari 250.000 toko kelontong di seluruh Indonesia. Total omzet SRC tercatat sebesar Rp236 triliun, setara dengan 11,36% dari total PDB ritel nasional pada 2022.
Adapun, SETC adalah program pelatihan kewirausahaan terintegrasi yang hadir sejak 2007. SETC memiliki fasilitas pelatihan sebagai sarana pendukung yang berdiri di lahan seluas 27 hektare di Pasuruan, Jawa Timur.
SETC telah memberikan pendampingan komprehensif serta pengembangan kapasitas untuk pelaku UMKM kepada lebih dari 72.000 peserta yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia.
“SETC hadir untuk membantu banyak orang agar bisa belajar menjadi entrepreneur yang baik,” paparnya.
Ivan menuturkan Sampoerna berinvestasi besar untuk membentuk ekosistem digital AYO by SRC yang menghubungkan produsen/mitra grosir, Toko SRC, dan konsumen.
Sebagai informasi, saat ini terdapat setidaknya tiga aplikasi pada ekosistem digital SRC yakni My AYO by SRC yang menghubungkan pelanggan dengan Toko SRC, AYO Mitra by SRC yang menghubungkan mitra grosir dengan Toko SRC, dan AYO Toko by SRC membantu pemilik Toko SRC untuk mengelola usahanya, seperti memesan barang ke mitra SRC.
“Efek berganda ini luar biasa, bahwa kami bukan hanya punya bisnis, tapi Sampoerna itu punya dampak positif terhadap rantai pasok dan masyarakat sekitar. Jadi pengembangan SDM bukan hanya untuk karyawan tapi juga mereka yang terlibat dalam rantai pasok dan masyarakat luas,” imbuhnya.
Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES