Koran Mandalika, Lombok Tengah – Baru-baru ini, mencuat keluhan akan pelayanan Rumah sakit Umum Daerah (RSUD) Praya. Keluhan tidak ada kamar rawat inap, tidak tersedianya beberapa alat bantu di ruang IGD, respons penanganan yang kurang humanis, sampai dengan sempat ditahannya pasien karena tidak mampu membayar tagihan rumah sakit bermunculan.
Hal itu diungkapkan Direktur Forum Peduli Pembangunan dan Pelayanan Publik (FP4 NTB) Lalu Habiburahman.
Menurut Habib, mengamati sepanjang 2024 justru gelombang keluhan masyarakat makin banyak dan sering terjadi, bahkan yang terbaru ini kejadian teguran keras salah satu Anggota DPRD Lombok Tengah akan buruknya pelayanan RSUD Praya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Hal ini menunjukkan tata kelola rumah sakit belum berjalan maksimal, hal ini harusnya menjadi evaluasi dan atensi serius Bupati Lombok Tengah untuk segera mengambil sikap serta mengevaluasi secara cermat dan tegas kinerja Direktur RSUD Praya,” kata Habib, Senin (16/12).
Direktur RSUD Praya dr. Mamang Bagiansyah mengaku tuntutan terhadap lembaga pemberi layanan publik memang sangat tinggi, ekspektasi masyarakat sangat tinggi.
Namun, kemampuan pemberi layanan dalam beberapa sisi, dihadapkan pada berbagai persoalan geopolitik dan persoalan ekosistem pelayanan kesehatan hari ini menjadi tidak gampang.
“Saya sulit detail menyampaikan perihal-perihal ini. Namun, di atas semua itu, kami tidak pernah berhenti berjuang, memenuhi ekspektasi publik,” ungkap dr Mamang.
“Apakah benar kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kami rendah-serendahnya? Atau ini adalah soal gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga?,” tambah dr. Mamang menggambarkan pelayanan RSUD Praya selama ini.
Dia bertanya, ada berapa sih masyarakat yg tidak puas? Pernah kah benar-benar dibandingkan dengan berapa banyak yg menyatakan puas?
“Sehingga mari kita bangun terlebih dahulu kecintaan dan kebanggaan kita kepada rumah tangga kita. Betul masih banyak kekurangan kami. Tapi apakah harus dengan cara lapor melapor cara membenahi kekurangan tersebut,” tegas dr. Mamang.
“Saya selalu terbuka. Pintu ruangan saya selalu terbuka untuk apa pun diskusi yang ingin kita bangun,” ujar dr. Mamang menambahkan. (*)