Koran Mandalika, Mataram – Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) masih mendalami penyebab terjadinya kebakaran hutan di kawasan Gunung Rinjani.
Kepala BTNGR, Yarman mengatakan timnya masih berada di lokasi kebakaran untuk mengumpulkan data.
“Masih tim saya lagi proses juga, ke sana juga lihat mencari-cari barang bukti atau apa segala kan mencari data di lapangan. Lagi di lapangan mereka (tim),” kata Yarman saat dikonfirmasi via telepon, Senin (20/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pihaknya belum dapat memastikan apakah penyebab terjadinya kebakaran disebabkan oleh aktivitas masyarakat atau faktor lain.
“Kita belum tahu, artinya itu kan dia lokasinya itu berbatasan dengan lahan masyarakat. Artinya, HPL (Hak Pengelolaan Lahan) kan, artinya memang kalau ada kita lihat aktivitas masyarakat di situ bisa jadi berburu atau membuka lahan atau apa dengan cara membakar kan, itu. Nah ini kita masih lagi proses mengecek di lapangan itu,” ujar Yarman.
Menurutnya, faktor cuaca juga berpotensi menyebabkan kebakaran. Yarman mengimbau kepada warga agar menghindari aktivitas yang dapat memicu kebakaran.
“Ya memang itu saya bilang sebenarnya lagi panas-panasnya. Cuaca panas dan angin kencang sehingga memang itu potensi untuk kebakaran cukup tinggi. Nah ini kita mengharapkan masyarakat menghindari resiko-resiko terjadi kebakaran dalam kawasan hutan gitu loh. Kalau ada temukan titik api segera melapor ke kita supaya kita segera padamkan begitu,” ucapnya.
Dia menuturkan jumlah personel yang diturunkan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Terlebih, tim Pengendalian Kebakaran Hutan (Dalkarhutla) Wilayah Jawa Nusra juga siap diturunkan.
“Pada prinsipnya kami kayak kemarin sekitar hampir 40-an kemarin yang di lapangan itu. Kapan saja mereka kan bisa, kita punya masyarakat peduli api juga di lapangan juga siap kan. Tergantung kebutuhan kita kalau memang ini kita bisa drop dari teman-teman dari Dalkarhut Jawa Nusa Tenggara kan ada di sini juga posisi,” tuturnya.
Dikatakannya, lokasi kebakaran jauh dari jalur pendakian, sehingga tidak sampai mengganggu aktivitas para pendaki.
“Jauh dari lokasi (pendakian). Lahan yang terbakar juga semak belukar atau rumput-rumputan apa segala. Memang potensi kebakaran cukup tinggi di situ. Kena angin sedikit kencang, cepat itu. Lalu itu jauh kalau lokasinya dari jalur pendakian. Mudah-mudahan tidak ada di situlah,” tandasnya. (dik)









